TUTORIAL MEMBUAT ENDLESS RUN

  1. a.      Tutorial Pembuatan Endless Run

Tutorial ini akan membantu lebih mendalami kemampuan animasi dengan teknik keyframe dan behavior. Animasi yang terus berputar tanpa terlihat jeda (loop) ini bisa digunakan untuk loading screen, tampilan saat menunggu acara, pameran atau screen saver. Berikut langkah kerjanya:

1)      Persiapan

Buat file movie baru, klik menu File ® New ® Movie. Di Property Inspector Stage Size: 640 x 480 pixel dengan warna background misal: hitam.

 

Lalu Import gambar, klik menu File ® Import, pada folder yang telah disediakan, pilih file background.png, loading swf dan burung.swf.

 

 

2)      Animasi, Looping Background

Drag background ke score atau stage agar tampil sebagai berikut:

 

Agar animasi berjalan mulus kita atur Frame Rate = 60. Dobel klik saja Chanel Tempo di Frame 1.

 

Resikonya di Score anda harus memperpanjang sprite agar durasi tidak terlalu cepat. Aktifkan sprite background lalu Property Inspector atur End Frame = 120.

 

Untuk menganimasi background, klik ujung sprite background, lalu atur posisi sumbu X = 960.

Play movie , background bergerak dari tampil penuh menjadi hilang 1 layar penuh ke kanan.

 

Agar gambar tersebut terlihat bergerak (looping), copy & paste dahulu sprite background tersebut ke sprite di bawahnya (sprite 2). Lalu klik di awal sprite background pada sprite channel 2. Atur posisi X = – 320. Kemudian, klik di akhir sprite background pada sprite channel 2. Atur posisi X = 320. Maka background akan berputar terus-menerus.

 

3)      Running Man.

Kita akan membuat animasi orang berlari. Klik menu File ® import atau slot kosong di Cast Member. Pilih run1.png lalu Shift + klik file run6.png.

Aktifkan ceklis same setting for remaining Images agar tidak ada pengulangan tampilan seperti ini.

 

Akan tampil gambar run1 sampai run6 di cast member. Klik file run1.png lalu shift+klik file run6.png agar gambar-gambar tersebut terseleksi.

Di score pastikan Playback Head berada di frame 1 pada sprite Chanel 3. Untuk menganimasi gambar-gambar yang terseleksi di cast Member, pilih menu Modify ® Cast to Time. Maka akan tampil Sprite yang pendek, panjangkan durasi/drag sampai frame 30.

 

Play Movie  terlihat animasi orang berlari, namun hilang setelah Playback head melewati Frame 30, Copy dan Paste sprite tadi dan buat menjadi 3 sprite seperti ini.

Namun arah orang lari masih terbalik. Untuk membalik/cermin objek, aktifkan dahulu (Shift+klik) keempat sprite run1-6.

Di Property Inspector klik icon Flip Horizontal agar gambar tercermin secara horizontal.

4)      Loading Ball.

Untuk animasi bola bergulir, dari cast member drag loading ke stage atau score. Di Property inspector atur Ink = background transparent.

Lalu atur durasi sprite Loading sampai 120 Frame.

Klik akhir Spire loading. Atur posisi rotation = – 360.

 

Play Movie  hasilnya bola bergulir seakan mengejar orang lari.

5)      Druken Bird

Kita akan membuat burung yang terbang naik turun.

Dari cast member drag member burung ke stage atau score. Di Property inspector atur Ink = Background Transparent.

 

Atur durasi sprite burung sampai 120 Frame.

Klik kanan frame 30 sprite burung, lalu pilih menu Insert keyframe.

Dengan tool Arrow  geser burung agak ke bawah.

 

Dengan cara yang sama lakukan untuk Frame 60, 90,dan 120, lalu geser burung tersebut.

Untuk merapikan jalur gerakan, dengan tool Arrow geser keyframe di stage sesuka anda.

 

Agar jalur gerakan lebih halus, klik kanan sprite burung lalu pilih menu Tweening.

Klik Play Movie   untuk melihat hasilnya.

 

6)      Rotate to Follow Path

 

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

 

       A.    Latar Belakang Masalah

Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.

Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.

Atas dasar itulah Gustafson (dalam Sadiman, 1986:13) membedakan adanya tingkatan atau level pengembangan sistem instruksional, yakni: (a) tingkatan kelas, (b) tingkatan sistem, (c) tingkatan produk, dan (d) tingkatan organisasi. Setiap tingkatan tersebut memiliki fungsi dan model-model yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.  

Dalam makalah ini akan dijelaskan secara lebih terperinci mengenai pengembangan sistem instruksional.

       B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:

a.       Apakah pengertian pengembangan sistem Instruksional?

b.      Apakah  prinsip dasar pengembangan Sistem Instruksional?

c.       Bagaimanakah tingkatan pengembangan sistem Instruksional?

d.      Bagaimanakah model-model pengembangan sistem instruksional?

 

C.    Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:

a.       untuk mengetahui bagaimana konsepsi dasar pengembangan sistem instruksional;

b.      untuk mengetahui prinsip dasar pengembangan sistem instruksional;

c.       untuk mengetahui tingkatan pengembangan sistem instruksional;

d.      untuk mengetahui model-model pengembangan sistem instruksional

 

D.    Manfaat Pembahasan

Dari pembahasan makalah ini maka diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam memahami pembahasan ini dan untuk menambah wawasan pembaca.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN

 

    A.            PENGEERTIAN PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Ada banyak pengertian pengembangan sistem intruksional yang dapat kita jumpai dalam berbagai kepustakaan, yang rumusannya saling berbeda. Untuk memperoleh pengertian yang komprehensif, berikut ini diberikan beberapa konsepsi dasar yakni:

            Sistem instruksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya (Baker, 1971:16). Hal ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang akan guru sampaikan kepada warga belajar harus materi yang telah teruji validitas dan reliabelnya. Materi pembelajaran yang valid dan reliabel akan sangat mendukung pencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Di samping itu, walaupun materi pembelajaran sudah valid dan reliabel, tetapi kalau cara penyampainnya kurang baik, besar kemungkinan tujuan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, diperlukan cara penyampaian atau cara pembelajarannya, yaitu metode yang telah teruji pula, yang memungkinkan dapat digunakan dengan baik pada pelaksanaan pembelajaran.

            Adapun yang dimaksud dengan disain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs, 1979:2). Hal ini menggambarkan adanya pengkajian kebutuahan diperlukan warga belajar. Apabila telah ditemukan kebutuhan siswa lalu dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Untuk pencapai tujuan pembelajaran diperlukan teknik-teknik pembelajaran untuk mengkaji, menelaah, dan bahkan menerapk

an materi pembelajaran agar mencapi tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini

perencanaan pembelajaran (disain instruksional) mencakup penyusunan bahan ajar (paket pembelajaran), ada langkah-langkah pengajaran yang disebut kegiatan mengajar, bahkan ada uji coba untuk mencari perbaikan-perbaikan (revisi), dan diakhiri dengan ke-giatan penilaian (evaluasi).

            Pengembangan pembelajaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam desain, produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap termasuk komponen-komponennya dan contoh manajemen penggunaannya. (AECT ,1979: 20).

Pengembangan instruksional adalah pengembangan sumber-sumber belajar secara sistematik agar dapat terjadi perubahan perilaku. AETT (dalam Miarso, 1988: 8).

     Dari beberapa konsepsi dasar tentang pengembangan sistem instruksional, maka dapat ditarik kesimpulan. Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

 

    B.    PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Sebagai bagian dari teknologi pendidikan, pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan pendekatan sistem, dan berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber belajar.

  Ø  Berfokus pada siswa

Prinsip ini memandang bahwa, dalam rangka penerapan pengembangan sistem instruksional, siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran. Prinsip ini juga memandang bahwa dalam setiap proses pembelajaran, siswa hendaknya bertindak sebagai pihak yang aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa guru adalah pihak yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.

  Ø  Pendekatan sistem

Prinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah suatu sistem. Maksudnya, penanganan terhadap satu komponen pembelajaran dalam rangka pelaksanaan pengembangan sistem instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi komponen yang lain sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan masalah-masalah belajar.

  Ø  Pemanfaatan sumber belajar secara maksimal

Prinsip ini memandang bahwa semua komponen sumber belajar baik pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 

    C.       TINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM  INSTRUKSIONAL

Beberapa tingkatan pengembangan sistem instruksianal dapat kita lihat sebagai berikut:

      Tingkatan Sistem

Pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem ini dimaksudkan untuk menghasilkan sistem pembelajaran yang besar. Kegiatan biasanya berangkat dari nol, yakni tidak adanya sistem tersebut sampai dengan dihasilkannya suatu sistem. Kegiatan ini didahului dengan kegiatan awal yang mendalam dan menyeluruh, yang meliputi: analisis kebutuhan, analisis topik, serta analisi tugas. Kegiatan ini tidak hanya berbicara masalah pembelajaran saja tetapi juga masalah pendidikan secara keseluruhan. Masalah yang mendorong dilakukannya kegiatan ini bukan hanya sekedar masalah pembelajaran, melainkan keseluruhan sistem pendidikan dan latihan yang dihadapi oleh lembaga yang bersangkutan. Sedangkan sistem pendidikan/latihan yang menyeluruh itu meliputi masukan mentah (siswa/peserta), jumlah dan kualifikasinya; masukan instrumental (kurikulum/program, fasilitas, dana, dan lainnya); proses/pelaksanaan kegiatan pendidikan/latihan itu sendiri; serta hasil itu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Oleh karena itu kegiatan ini melibatkan banyak orang terdiri dari ahli teknologi pembelajaran, ahli bidang studi, guru, dan sebagainya.

      Tingkatan Kelas

Pengembangan sistem instruksianal tingkat kelas ini pada hakikatnya adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem untuk dilaksanakan dalam tingkatan kelas. Dengan kata lain, pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini adalah identik dengan penyusunan persiapan mengajar oleh guru untuk satu atau lebih topik tertentu. Kegiatan awalnya sangat sederhana, biasanya berupa penilaian tingkat kemampuan awal siswa. Pada pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini diasumsikan bahwa kurikulum/program pembelajaran, fasilitas, siswa/peserta latihan, pengajar, dan sebagainya.

      Tingkatan Produk

Tujuan pengembangan sistem instruksianal tingkatan produk ini adalah untuk memproduksi satu atau lebih produk pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kegiatan ini didahului dengan mengkaji masalah-masalah pembelajaran yang ada untuk mengetahui masukan yang diperlukan. Hasil kegiatan ini berupa paket pembelajaran seperti modul, media audiovisual, dan lain-lain bahan belajar yang bentuknya disesuaikan dengan karakteristiknya. 

      Tingkatan Organisasi

                  Pengembangan sistem instruksianal tingkat organisasi ini dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memodifikasi atau mengubah organisasi dan personil suatu lembaga atau organisasi ke situasi yang baru agar efektivitas dan efisiensi organisasi tersebut meningkat.

Kegiatan ini diawali dengan bertolak dari analisis pekerjaan, atau analisis isi ajaran. Analisis ini akan menghasilkan emat kemungkinan, yakni: (1) perlunya diklat khusus diluar pekerjaan karena ada sejumlah kemampuan yang belum dikuasai, (2) perlunya latihan dalam jabatan karena ada sejumlah kemampuan khusus yang harus dikuasai, (3) perlunya ada pengawasan dan pembinaan yang ketat dalam pelaksanaan pekerjaan karena dituntut adanya ketepatan perbuatan dalam suatu tugas.

 

 

 

 

 

 

    D.  MODEL-MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

a)    Model KEMP, terdiri dari 8 langkah :

1)      Menentukan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan.

2)      Membuat analisis tentang karakteristik siswa.

3)      Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur.

4)      Menentukan materi atau bahan pelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus.

5)      Menetapkan penjajagan awal.

6)      Menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai kriteria umum untuk pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus adalah efesien, keefektifan, ekonomis, kepraktisan.

7)      Mengkoordinasi sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.

8)      Mengadakan evaluasi.

b)      Model H. Banathy,terdiri dari 6 langkah :

1)      Merumuskan tujuan (formulate objctives).

2)      Mengembangkan tes (develop test).

3)      Menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task).

4)      Mendesain sistem instruksional (design system).

5)      Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil.

6)      Mengadakan perbaikan (change to improve).

c)      Model PPSI, terdiri dari 5 langkah :

1)      Merumuskan tujuan instruksional khusus.

2)      Menyusun alat evaluasi.

3)      Menetukan kegiatan belajar dan materi pelajaran.

4)      Merencanakan program kegiatan.

5)      Melaksanakan program. Langkah yang perlu dilakukan dalam fase ini adalah : amengadakan tes awal, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan evaluasi tes akhir.

d)     Model Dick and Carrey, terdiri dari 10 langkah :

1)      Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran.

2)      Mengadakan analisis pembelajaran.

3)      Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa.

4)      Merumuskan tujuan performansi.

5)      Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan.

6)      Mengembangkan strategi pembelajaran.

7)      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.

8)      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.

9)      Merevisi bahan pembelajaran.

10)  Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

e).Model Gerlach and Ely, terdiri dari 10 langkah :

1)      Spesifikasi isi pokok bahasan.

2)      Spesifikasi tujuan pembelajaran.

3)      Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa.

4)      Penentuan cara pendekatan, metode dan teknik mengajar.

5)      Pengelompokan siswa.

6)      Penyediaan waktu.

7)      Pengaturan ruangan.

8)      Pemilihan media atau sumber belajar.

9)      Evaluasi.

10)  Analisis umpan balik.

 

 

 

      Kesimpulan

Setelah  diuraikan tentang model-model Pengembangan Sistem Instruksional , secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1.      Model pengembangan sistem instruksional adalah se­perangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.

2.     Prinsip pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan pendekatan sistem, dan berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber belajar.

3.      Model-model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional Development Institute).

 

               Saran

Untuk para pengembang sistem instruksional hendaknya dapat melakukan kegiatan pokoknya dengan baik, seperti :

a.       Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur.

b.      Menentukan media untuk kegiatan tersebut.

c.       Menentukan metode dan memonitori responsi siswa sewaktu berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.

d.      Mengadakan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar bila ternyata responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

AECT. (1979). The defenitions of educational technology. Washington.

            Banathy. (1968). Instruction system. Belmond: Fearon.

            Gagne. (1988). Prinsiples of instruction design, third edition. New York: Rinehart and Winston.

            Harjanto. (2006). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Miarso. (1988). Survey model pengembangan instruksional. Jakarta: PAU-UT.

Sadiman. (1986). Media pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud..

M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004),

 

 

RPP MODEL PEMBELAJARAN TIPE CIRC

Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : VII / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

____________________________________________________________________________

I. STANDAR KOMPETENSI:
Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
II. KOMPETENSI DASAR:
Arti penting kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
III. INDIKATOR:
 Menjelaskan tentang pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
 mendeskripsikan cara mengemukakan pendapat secara benar dan bertanggung jawab
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN:
 Siswa dapat mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
V. MATERI:
* Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
VI. MODEL PEMBELAJARAN: CIRC ( cooperative integrated reading and composition )
 Tanya Jawab
 Diskusi kelompok dengan teknik CIRC
 Pemberian tugas
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN:
A. Pendahuluan
 Guru membuka pelajaran,salam dan mengabsen siswa.
 Guru memberitahukan materi pelajaran,sekilas tujuan pembelajaran,yaitu siswa mampu menjelaskan tentang pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
 Guru menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat
 Guru menjelaskan model pembelajaran dan langkah langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan teknik CIRC.
 Guru mengkondisikan kelas yang mendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan model CIRC. Antara lain :
1. Membentuk kelompok dengan anggota hiterogen.
2. Memberikan materi yang sama pada setiap kelompok.
3. Menjawab pertanyaan siswa yang belum jelas cara melaksanakan tugas sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.

B. Inti
 Siswa membaca buku yang menjelaskan tentang pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat.
 Siswa bertanya kepada teman atau guru jika menemukan kata kata yang belum dimengerti maksudnya.
 Siswa membuat pertanyaan tentang materi pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat .
 Siswa mencari jawaban pertanyaan yang dibuatnya dan harus sesuai dengan materi pelajaran tersebut.
 Antar siswa dalam kelompk saling membandingkan kalimat pertanyaan yang dibuatnya dan jawaban yang ditemukannya.
 Siswa membicarakan bersama teman kelompoknya bila ada perbedaan jawaban,dari kalimat pertanyaan yang sama.
 Bersama teman kelompok, siswa menetapkan kalimat utama dan kalimat penjelas dari teks paragraf yang telah dibaca pada kelompoknya.
 Tiap kelompok melaporkan hasil tugasnya kepada guru dan mempersiapkan wakil dari kelompok untuk melakukan publikasi ( presentasi ) hasil tugas kelompoknya.

C. Penutup
 Guru meneliti hasil pekerjaan siswa sambil menyampaikan konfirmasi dan tanya jawab mengenai hasil pekerjaan tiap kelompok melalui juru bicara kelompok,yang dibantu oleh anggota kelompoknya.
 Setiap kelompok memperbaiki hasil pekerjaannya setelah mendapatkan konfirmasi dan koreksi bersama guru,kemudian dikumpulkan untuk dikoreksi oleh guru sendiri dan dipublikasikan pada papan pajangan di minggu berikutnya.
 Selesai,guru menutup kegiatan pembelajaran dengan pesan dan kesan singkat mengenai jalannya kegiatan dengan model CIRC,memotivasi siswa atas kekurangan maupun keberhasilannya, serta doa dan salam.
VIII. ALAT DAN SUMBER:
 Buku pegangan siswa : PKN kelas VII
 Referensi : Beberapa artikel tentang :
Model pembelajaran CIRC
IX. PENILAIAN:
 Kinerja pelaksanaan tugas kelompok.
 Portopolio hasil tugas kelompok.
____________________________________________________________________________

Catatan/Saran:
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
___________________________________________________________________________
Palembang,……………………….
Mengetahui,
Kepala SMPN Guru Kelas VII